sahabat yang berarti

Jumat, 11 November 2016

Cerpen Karya Herlitha Destrianasari
Tia, sosok cewek berumur 16 tahun yang cantik dan pintar, kaya pula. Sayang, keluarganya berantakan, ayah dan ibunya bermasalah, yang mengakibatkan gadis cantik tersebut merasa tertekan dan terganggu belajarnya. Akhirnya dia memutuskan pergi dari rumah untuk mencari kehidupan tanpa masalah yang dihadapi oleh orang tuanya. Kepergian Tia pun tidak mempengaruhi kedua orang tuanya, bahkan semakin parah dan kondisinya semakin buruk.

Tia ingin tidak memikirkan masalah kedua orang tuanya dan ingin focus kembali ke sekolah karena dia fikir, dengan pergi dari rumah dan tinggal di rumah neneknya, dia akan dengan mudah melupakan masalah kedua orang tuanya. Tapi ternyata dalam kenyataannya, Tia tidak pernah bisa melupakan masalah kedua orangtuanya. Sampai akhirnya, Tia terus berusaha keras kembali ke kehidupannya dulu, jadi cewek ceria yang selalu terlihat riang dan ga pernah kelihatan sedih.
 
Suatu hari, Tia kenal sama seorang cowok, ya, namanya Rio, salah satu bagian siswa dari sekolah tempat Tia sekolah dan merupakan salah satu cowok kece di kalangan sekolahnya. Hari – hari Tia sedikit berarti setelah mengenal Rio. Rio yang selalu menghibur Tia, Rio yang selalu menjadi tempat Tia bercerita, dan Rio adalah tempat dimana Tia menangis, tertawa, Rio pula yang bisa dengan diam dan tulus mendengarkan keluhan keluhan dan cerita cerita Tia. Dan Rio, yang selalu paham tentang Tia dan kehidupannya.

Dengan Rio, Tia selalu merasa nyaman, karena Rio bisa membuat Tia nyaman. Tapi itu semua berubah saat ada seorang siswi baru bernama Shilla yang naksir sama Rio dan selalu berusaha membuat Rio menjauh dari Tia. Dan Shilla selalu mengancam Tia buat ngejauhin Rio, itu semua bikin hati Tia merasa sangat sakit dan itu semua membuat Rio dan Tia jauh, jangankan untuk saling curhat, buat ketemu aja jadi susah banget. Dan kejadian itu membuat Tia kembali ke kehidupannya yang kelam.

Kejadian itu berlangsung selama satu tahun yang akhirnya Rio juga sadar akan keadaan itu yang membuatnya jauh dari Tia. Saat kenaikan kelas, Rio dan Tia sekelas, dan itu gak mungkin bisa jadi penghalang mereka bertemu, karna setiap saat di sekolah, mereka akan selalu bertemu dan Shilla ga akan bisa menjadikan Rio dan Tia berpisah.

Rio dan Tia memulai kehidupan dan hubungan mereka kembali dari awal. Dan hubungan mereka kali inipun lebih dekat dari sebelumnya dan terasa akan semakin lama semakin dekat. Tia mulai merasakan hal yang berbeda dan merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tia merasakannya bukan melalui mata, tapi dia merasakan itu semua dalam hatinya. Rio pun merasakan sedikit rasa dalam hatinya untuk Tia, dia merasa bahwa Tia adalah sosok yang tepat untuk melengkapi hidupnya. Namun Rio masih belum yakin akan perasaannya karena sifat Tia yang akhir akhir ini berubah.

Tia yang dulunya adalah seorang cewek yang asik, ceria dan ga pernah nuntut aneh aneh, tiba tiba jadi seorang cewek yang super bawel dan suka ngatur ngatur. Itu semua bikin Rio tambah ga yakin sama perasaannya untuk Tia. Rio ingin berusaha meyakinkan kembali perasaannyauntuk Tia, tapi ternyata semuanya ga berhasil dan hanya bikin Tia tambah ngatur ngatur Rio, dan dengan sifat Tia yang kayak gitu, Rio tambah ill feel sama yang namanya Tia. Tapi Rio tetep sabar dan berusaha ngejalanin persahabatannya dengan Tia.

Suatu saat, Tia menyadari banyak yang berubah dari Rio. Dari Rio yang semangat banget kalo sama Tia, jadi Rio yang setengah ogah ogahan kalo sama Tia. Akhirnya Tia berfikir apa yang membuat Rio berubah dan Tia sadar kalo sifat dia yang merubah Rio jadi kayak gini. Tia pun berusaha keras mengubah sifatnya kembali seperti dulu dan berusaha bikin Rio kembali ke samping Tia. Memang butuh waktu lama buat melakukan itu semua tapi endingnya, great! Itu semua berhasil dan Rio kembali seperti semula ke Tia. Persahabatan mereka kembali seperti dulu lagi, jadi sahabat yang saling menyayangi dan mengerti. Tapi, walaupun Rio udah kembali kayak dulu lagi, tapi kali ini dia sangat menyayangi Tia sebagai seorang sahabat dan dia bikin komitmen buat dirinya sendiri untuk ga bakal jadian sama Tia karna Rio ga mau kalo nantinya Tia merasa sakit hati.

Perasaan Tia masih sama kayak dulu, menyayangi Rio dan ingin Rio hanya untuk dia. Tapi itu semua berakhir buruk untuk Tia karena Rio ga merasakan hal yang sama kayak Tia. Dan itu semua bikin Tia merasakan sakit hati dan salah faham. Ya, dua hati yang berbeda keinginan.

Suatu saat, Rio punya pacar, tapi itu semua tanpa sepengetahuan Tia. Tia yang ga tau hati Rio udah dimiliki orang lain, tetep merasa Rio itu miliknya dan tetep seneng dan ceria aja saat sama Rio. Disaat seperti itu Rio yang punya niatan pengen ngejelasin semuanya ke Tia jadi ga tega karena Rio tahu kalo Tia bakal sakit hati banget kalo tahu itu semua. Dan Rio ga mau bikin Tia sakit hati karena Rio sayang banget sama Tia dan ga mau kehilangan Tia cuman karna Tia tahu kalau Rio udah punya cewek.

3 hari setelah kejadian Rio ga tega ngomong ke Tia tentang itu semua, hal buruk yang ditakutkan Rio terjadi.
Siang itu, sepulang dari sekolah, Tia buka akun facebooknya, dan saat dia lihat di berandanya, dengan spontan dia nangis saat itu juga. Dan itu semua karena melihat akun facebook Rio menuliskan sesuatu di akun facebook bernama ‘Andien’. Kata yang dikirimkan Rio ke akun facebook Andien adalah “Selamat Ulang Tahun sayang, panjang umur, sehat selalu, tambah pinter, patuh sama orang tua dan tambah sayang sama aku ya sayang,, I love you ”.

Tia sakit banget melihat itu semua, karena ternyata yang dia fikir selama ini bahwa Rio adalah miliknya ternyata salah. Dan Tia merasa sangat sakit karena dia rasa Rio ga jujur sama dia, dan Tia ngerasa Tia ga berarti banget di hidup Rio. Tia berfikir kenapa Rio ga bilang semua ini ke Tia dan Tia berpendapat bahwa jika Rio bilang ini dari awal, sebelum Tia tahu sendiri, Tia akan tetep ngerasa sakit. Tapi setidaknya Rio udah jujur ke Tia kalo bilang dari awal dan tentunya rasa sakit yang dirasakan Tia ga sesakit kalo dia tahu sendiri dengan cara kayak gini.
Tia fikir, Tia ga begitu diperlukan oleh Rio karena dia fikir, Rio udah nemuin pasangan yang cocok buat ngisi hati dan kehidupannya. Dan Tia berfikir itu artinya Rio mungkin udah ga membutuhkan Tia untuk mengisi kehidupannya.

Malamnya, Tia ngirim sms ke ponsel Rio yang berisikan amarah Tia ke Rio karena Rio ga jujur ke Tia tentang dia udah menjalin hubungan dengan cewek lain. Rio yang menerima sms dari Tia yang berisikan seperti itu langsung merasa sakit karena dia merasa sangat bersalah dan sekaligus Rio ga mau kehilangan Tia cuman gara gara cewek. Rio membalas sms Tia dengan penjelasan yang panjang dan dia meminta maaf kepada Tia. Tapi itu semua ga bikin cewek ini berubah pikiran. Tia yang udah terlanjur sakit sama perbuatan Rio merasa sangat berat untuk memberikan maaf buat Rio. Rio ngerasa sangat terpukul dengan pernyataan Tia yang berisi Tia akan pergi dari Rio, Tia ga akan ganggu Rio lagi dan Tia berkata ga akan ganggu hubungan Rio sama cewek bernama Andien itu. Dengan seketika,Rio nangis baca sms Tia yang kayak gitu karena dia merasa bahwa dialah yang bikin Tia jadi kayak gitu.
Akhirnya Rio ga tahan dengan keadaan ini dan ini juga biki hatinya sakit banget karena dia ga mau kehilangan sosok sahabat yang sangat dia sayangi. Malam di hari setelah hari kejadian itu, Rio berusaha menghubungi Tia lewat telefon ke ponsel Tia. 7 kali Rio berusaha menelfon Tia tapi hasilnya Tia ga ngangkat telfon Rio, dan telfon yang berikutnya baru Tia angkat.

Terdengar suara Rio yang berusaha menyembunyikan bahwa dia lagi nangis bikin Tia jadi tambah sakit dan akhirnya Tia juga nangis di saat itu. Rio memberanikan diri buat ngomong ke Tia, “Tia, aku minta maaf sama kamu”. Tia yang hatinya sedih, sakit campur marah akhirnya bilang “kamu kenapa ga mau jujur sama aku dari awal? Kamu sengaja bikin aku sakit hati kayak gini dengan aku tahu sendiri dengan cara kayak gitu? Jahat ya kamu”, tangisan Tia ga bisa ditahan lagi, dia nangis di telefon malam itu. Dan Rio juga ga bisa nahan kalo dia nangis. “Tia, aku sayang sama kamu, sayang banget. 
Dan rasa sayangku ke kamu itu yang bikin aku ga bisa ngejelasin dan ngomong ke kamu tentang hubungan aku ini dari awal karena aku ga mau kamu sakit dan aku ga mau kehilangan kamu Ya, plis maafin aku, aku ga bisa kehilangan kamu dan aku ga mau itu semua terjadi cuman karena cewek lain yang deket sama aku, karena aku tahu kamu bakal sakit banget kalo kamu tahu semua in, dan ternyata bener kan, kejadian kayak gini yang sebenernya paling gak aku pengen. Plis, maafin aku.” Tia yang sebenernya juga sayang banget sama Rio terpaksa ngomong, “Yo, tapi aku rasa aku di kehidupanmu saat ini cuman sebagai pengganggu hubungan kamu sama andien, dan aku ga mau itu semua terjadi dan aku ga mau aku jadi penghalang hubungan kalian berdua, jadi kalo aku emang harus pergi dari hidup kamu dan andien aku siap dan bakal berusaha menghilangkan rasa sayangku ke kamu, karna mencintai kamu bukan berarti aku harus memiliki kamu, aku tahu itu kok, dan mungkin dengan cara menjauhi kamu dan membiarkan kamu bahagia sama andien itu cara aku mencintai kamu walaupun rasanya sakit banget. “. Tapi Rio tetep ga mau kehilangan Tia dan terus berusaha biar Tia mau maafin dia, “ Tia, aku ga mau kehilangan kamu, plis maafin aku, aku yakin Andien ga keberatan kok dan aku juga udah ngomong ke Andien tentang gimana aku sama kamu, dan dia ga keberatan, plis Tia, aku mohon sama kamu. Aku ga bisa kalo tanpa kamu,dan asal kamu tahu aku ga pernah merasa kamu sebagai pengganggu hubungan aku sama Andien karena aku tahu kamu ga bakal ngelakuin itu. Tia, aku mohon sama kamu, kembali kayak dulu lagi ya, sama aku.”, Tia akhirnya luluh juga karna sebenarnya dia juga ga mau kehilangan Rio, “ Rio, aku sebenernya juga ga mau kehilangan kamu karna aku sayang banget sama kamu. 
Dan kalau kamu ga ngerasa aku jadi pengganggu hubungan kamu sama Andien, makasih banget karena aku ga bisa kalo ga maafin kamu. Aku maafin kamu Rio, dan aku mau kamu tahu, aku sayang banget sama kamu dan ga mau kehilangan kamu, tapi kamu harus janji satu hal sama aku.” Rio terasa lega banget, “ Tia, makasih kamu mau maafin aku. Aku mau janji satu hal sama kamu, apa?” Tia mengutarakan maksudnya, “ Aku mau kamu tetep jadi Rioku yang dulu dan gaboleh berubah, janji ya?”, Rio dengan senang hat menyanggupinya “ Iya Tiaku, aku janji itu semua. Udah ya, kamu ga boleh nangis lagi, aku juga ga nangis kok.”
“Iya Rio, aku ga nangis lagi kok, kita mulai dari awal ya,”
“Iya Tia, aku mau”
Setelah kejadian itu, hubungan Tia sama Rio kembali kayak dulu lagi. Mereka kembali ceria berdua tanpa tangisan.
PROFIL PENULIS
Nama : Herlitha Destrianasari
TTL : 21 Desember 1996
umur : 16 tahun
sekolah di SMA N 1 Kota Mungkid Kelas XII
Cerpen ini berdasarkan kisah aku sendiri
Facebook : Herlitha Destrianasari
No. Urut : 203
Tanggal Kirim : 29/11/2013 9:03:26

ketika waktu telah berlalu

Karya Adeline Suriadi
 Aku memandangi kamar ini untuk kesekian kalinya. Yang tergambar dalam benakku sangatlah jelas dan tidak berubah. Aku teringat kenangan-kenangan bersamanya, kenangan yang tak akan aku lupakan begitu saja. Aku teringat bagaimana ia selalu ada di sampingku saat senang maupun susah, karena ia selalu mengerti bagaimana membuatku tersenyum.

Aku seperti dihantam sesuatu. Aku tahu, ini menyakitkan, tetapi aku harus kuat sebagaimana ia berpesan. Ya! Aku tidak akan lagi bertemu dengannya, dihibur olehnya. Bayangan singkat kehidupanku dengannya kembali tergambar jelas, seperti di depanku terdapat sebuah proyektor yang menampilkannya.
 
Bayangan itu membawaku ke saat-saat dimana aku dan dia pertama kali berkenalan saat aku keliru menaruh barang-barangku di dalam lokernya. Dia tertawa, aku tertawa. Aku menanyakan namanya dan dia menanyakan namaku. Pada saat kenaikan kelas, kami memasuki kelas yang sama.

Kami semakin akrab dengan tempat duduk kami yang diatur berdekatan. Baru aku tahu saat itu bahwa rumahku dan rumahnya hanya berbeda beberapa gang. Ia pun tidak jarang datang ke rumahku untuk mengerjakan tugas. Aku ingat sekali bagaimana saat itu, kami tidak mengerjakan tugas melainkan ke taman dan mengukir nama kami berdua pada sebatang pohon. Kami menambahkan ‘Best Friend Forever’ di bawah nama kami.

Saat lelaki yang sedang kusuka berpacaran dengan perempuan lain, ia menghiburku, merangkulku dan melontarkan candaan-candaan yang membuatku tertawa. Ia tahu apa yang kurasakan walaupun aku tidak mengatakannya. Ia bahkan tahu lelaki yang kusuka walaupun aku tidak pernah menceritakan apapun kepadanya. Ialah yang menjadi alasan mengapa aku dapat kuat hingga detik ini.

Bayangan itu dengan segera berganti ke saat-saat dimana aku sangat panik karena melupakan tugas yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Aku menelponnya, dengan harapan ia dapat menenangkanku. Ternyata benar, ia menenangkanku dengan datang ke rumahku dan membantuku membuat tugas hingga selesai, padahal saat itu hari sudah gelap dan kami menyelesaikannya tepat pada saat ayam berkokok pertama kali. Di sela-sela mengerjakan tugas, ia juga sabar mendengarkan cerita-ceritaku tanpa kuberikan kepadanya kesempatan sedikit pun untuk berbicara.

Aku kembali menyapukan pandanganku dan melihat satu lembar tiket konser Miley Cyrus, penyanyi luar Indonesia yang paling kami kagumi. Aku mengambilnya dan lagi-lagi pikiranku dipenuhi oleh bayang-bayang. Saat itu, kami duduk di kelas 2 SMA dan sedang menjalani ulangan akhir semester I, lalu kami mendapat kabar bahwa Miley Cyrus akan mengadakan konser di Jakarta. Kami sangat senang sekaligus bingung bagaimana caranya untuk menonton konser tersebut, karena pastinya kami tidak diizinkan.

Aku ingat sekali bagaimana kami menyusun rencana hingga akhirnya kami mendapatkan kesepakatan. Kami pun membeli tiket konser tersebut dengan uang hasil tabungan kami. Tetapi saat hari konser, entah dorongan darimana, aku mengubah rencana dan bersikeras untuk tetap menjalankan rencana yang kubuat. Ia pun dengan sabar menyetujuinya dan kami menjalankan rencana yang kubuat.
“Kau mau ke mana?” tanya papaku saat itu.
“Aku mau ke rumah Iva, Pa.”
“Jangan bohong, Ta, tadi waktu papa ke luar, papa lihat Iva dengan tasnya, kelihatannya dia mau pergi. Papa tahu kau merencanakan sesuatu.”

Begitulah pada akhirnya, karena aku, kami tidak jadi menonton konser Miley. Aku tahu, Iva sangat marah kepadaku. Aku tahu, ia akan benci sekali padaku dan tidak akan percaya pada kata-kataku lagi. Atau mungkin, itu hanyalah perkiraanku.

Nyatanya, setelah kejadian itu, ia tidak menyinggung kesalahanku. Ia malah menguatkanku karena ia tahu bahwa sebenarnya aku sangat ingin menonton konser tersebut.
“Ta, sabar ya! Nanti setelah ulangan akhir ini kita cari-cari konser Miley lagi, sampe ke luar kota pasti dibolehin kok! Sekalian liburan, sekalian nonton konser.”

Ia sama sekali tidak menyalahkanku. Ia sama sekali tidak mencoba untuk mengguruiku. Aku sangat bahagia telah mengenalnya.

Tetapi aku tidak menduga, bahwa kata-kata yang ia janjikan padaku tidak akan pernah ditepatinya. Bukan, bukan karena ia tidak mau, tetapi keadaan telah sepakat untuk menyiksanya.
“Ta, aku harus pergi ke Singapore, aku harus berobat ke sana. Aku sakit, kanker otak.”
“Kamu pasti bercanda…”
“Aku serius. Tetapi, aku akan berusaha untuk kembali ke sini, kok. Aku janji kita bisa ketemu lagi.”

Sejak kepergiannya, kami rutin bertukar e-mail, sekedar menanyakan kabar hingga bercerita yang macam-macam. Saat itu sangat menggembirakan, hingga aku menyadari bahwa waktu sangat berharga. Aku tidak tahu kapan kami akan berpisah. Aku tidak menanyakannya karena aku tahu, itu semua hanya akan memperburuk keadaan. Biarlah hari demi hari berlalu, dengan matahari yang masih menerangi bumi. Biarlah jarak mengambil alih, karena aku tahu, semua akan indah pada waktunya.
“Ta…”

Kudengar seseorang memanggil namaku, seseorang dengan suara bariton yang khas. Mario, kakak laki-laki Iva yang belakangan menjadi sahabatku, lebih dari sahabatku lebih tepatnya. Ia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Ia pun sudah menganggapku sebagai adiknya sendiri setelah ia kehilangan Iva.

Aku tahu, di antara kami, orang-orang terdekat Iva, kakak laki-lakinya-lah yang paling kehilangan, karena ia dan Iva telah bersama sejak kecil. Mario, kakak yang tegar dan selalu menemani Iva saat ia berobat. Mario, kakak yang setia sampai-sampai ia pindah kuliah ke Singapore untuk mendampingi Iva dalam menjalani masa kritisnya.

Aku tidak habis pikir, seseorang sebaik Mario harus menjalani cobaan yang begitu berat. Apakah ketidakadilan di dunia begitu kentalnya sehingga harus menyiksa semua orang yang benar dan menyenangkan semua orang yang salah? Apakah mungkin balasan untuk semua orang benar akan diterima setelah mereka mendapatkan kehidupan yang kekal? Kuharap begitu.
“Ta, kangen sama Iva?” kata Mario mencegah pikiranku untuk berkelana terlalu jauh.

Aku hanya tersenyum, mewakili perasaanku sebenarnya.
“Relakan dia, jangan jadikan kepergiannya sebagai beban dalam hidup. Yakinlah, ia sedang menyiapkan sesuatu yang terbaik di atas sana, bagimu, bagiku, bagi semua orang yang disayanginya. Ia telah sampai di ujung dunia, Ta. Bila saatnya tiba, kita juga akan sampai di sana dan kembali bertemu dengannya. Aku yakin, saat sampai di sana, persiapannya telah selesai. Kau akan menemukan apa yang kau butuhkan, sahabat, keluarga, saudara, dan semuanya abadi, selamanya.”

Aku kembali tersenyum dan membiarkan diriku dirangkul oleh Mario.
“Kak, aku boleh minta sesuatu?”
“Tentu.”
“Jangan pernah tinggalkan aku, ya…”

Mario tersenyum dan perasaanku tenang seketika. Saat itu juga aku sadar, hidupku dikelilingi orang-orang yang baik, karunia dari Tuhan. Dalam hati, aku bertekad untuk memulai hidup yang baru, lembaran pertama dalam sekuel buku yang berjudul kehidupan. Lembaran pada buku pertama telah terisi sampai lembaran terakhir, dipenuhi tentang kenanganku dengan Iva. Saat ini, aku siap memulai lembaran baru pada buku yang baru, dan aku sudah tidak sabar, apa yang akan kuhadapi setelah ini. Aku akan menjalani lembar demi lembar dengan sikap yang baru, Tata yang telah berubah.
*****
 
Profil penulis
Nama : Adeline Suriadi
TTL : 7 Februari 1997
Facebook : Adeline Suriadi
Twitter : @AdelineeS

akan ku gapai kau setinggi langit

Dia memang tidak terlalu pandai dalam pendidikan namun itulah yang membuat ia untuk selalu berusaha dan pantang menyerah. Ejekan dan hinaan ia jadikan pelajaran agar menjadi yang lebih baik. Ia terima dengan lapang dada apapun hasilnya entah itu sebuah keberhasilan ataupun ketidakkeberhasilan. Senyuman manis yang muncul dari bibirnyalah yang membuat ia tak pernah sedih. Dinda itulah semua orang  akrab memanggilnya. Setiap waktu, hari - harinya ia pergunakan untuk belajar,belajar dan belajar. Tak ada kegiatan lain yang ia pergunakan selain belajar. Keluarganya memang sangat mementingkan pendidikan walaupun uang yang tak mencukupi. Berbagai cara orang tuanya mencari uang agar anak – anaknya bisa sekolah, mengingat kedua orang tuanya dulu ingin bersekolah namun karena keterbatasan biaya tak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bermodalkan becak setiap hari menghantarkan orang yang akan bepergian dengan hasil yang tak menentu. Dinda memang anak yang sederhana, ia tak malu mempunyai orang tua yang bekerja sebagai tukang becak. Disisi lain ia malah bangga karena  becaklah yang membuat ia bisa sampai seperti ini.
Pagi ini terasa sangat dingin, kicauan burung yang merdu, kokokan ayam yang begitu indah. Seakan ia ingin cepat – cepat  berangkat ke sekolah dan menerima pelajaran. Fero kakak dinda sudah berangkat bekerja terlebih dahulu  menjadi guru sekolah dasar. Bapaknya juga sudah berangkat bekerja karena takut kehilangan penumpang langganannya. Kini di rumah tinggalah ibu dengan Dinda, berat rasanya Dinda meninggalkan ibunya di rumah sendiri. Namun mau dikata apa ia harus rela demi menimba ilmu di sekolah. Hanya dengan senyuman manis yang keluar dari bibir Dinda lebih dari cukup untuk ucapan selamat tinggal kepada ibunya.
Hari ini di sekolah terasa sangat sepi hanya beberapa orang yang datang. Karena Dinda berangkat ke sekolah masih pukul 06.30 terlalu pagi untuk anak berangkat ke sekolah. Satu persatu seorang siswa/siswi datang ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang memakai kendaraan sendiri dan ada juga yang jalan kaki. Sekarang ini Dinda sudah kelas 3 sma. Ia memandangi pepohonan dari  depan pintu kelasnya. Tiba –tiba seseorang datang  lalu mengejutkan Dinda yang sedang melamun.
“Dinda”teriak orang tersebut sambil menepuk pundak sebelah kanan Dinda
Dinda terkejut namun ia tidak marah  malah ia tersenyum.  Ya, seseorang yang mengagetkan Dinda adalah sahabat terbaiknya. Sebut saja Toni ia yang selama ini menemani Dinda di saat senang maupun sedih. Dinda dan Toni sudah berteman sejak kecil. Meskipun Toni anak orang kaya ia tak malu berteman dengan Dinda. Karena Toni berfikir bahwa semua orang didunia ini sama tak ada kata orang miskin ataupun orang kaya.
“tumben kamu sudah datang kan ini masih jam 07.00”Tanya Dinda
“sesekali datang pagi juga gak apa – apakan”jawab toni dengan menaikkan kedua alisnya
“ya gak apa-apa sih”kata dinda
    Lalu mereka mengobrol `di depan pintu kelas. Tanpa menghiraukan di sekitarnya seakan – akan dunia ini milik mereka berdua. Tertawa itulah yang membuat mereka bahagia. Menghapuskan segala kesedihan yang ada di dalam hati mereka. Tak lama kemudian datanglah Vega anak seorang pengusaha kue. Di sekolah Vega di kenal sebagai seorang murid yang sombong merendahkan orang lain. Maka  dari itulah ia tak mempunyai seorang teman.
“minggir”kata Vega dengan nada sombongnya kepada Dinda
“hei kalo bicara pelan saja ngapa”ketus Toni yang sudah geregetan atas kelakuan Vega terhadap Dinda
“maaf tapi gak bisa”kata Vega dengan nada sok polos
“sudahlah Toni biarkan saja”kata dinda penuh kesabaran
“itu temen kamu aja bilang gak apa-apa”
    Hanya Dindalah yang dapat meredam kemarahan Toni ia tak bisa berkata lain kalau Dinda sudah berkata tidak. Bel telah di bunyikan semua murid masuk kekelas masing- masing termasuk Dinda dan Toni yang kebetulan mereka satu bangku. Entah mengapa pelajaran kali ini membuat Dinda mengantuk padahal sebelumnya ia tak pernah seperti ini. Apakah karena tadi malam ia tidur kemalaman karena belajar atau karena hal lain. Beberapa jam kemudian waktunya istirahat semua murid pergi ke kantin untuk membeli makanan. Namun tidak dengan dinda, ia memilih membawa bekal dari rumah masakan ibunya. Uang saku yang di berikan oleh ayahnya ia tabung meskipun tak banyak yang penting cukup. Jika ia menginkan sesuatu ia selalu berfikir dua kali. Sebab ia berpendapat dari pada uang untuk membeli sesuatu yang gak penting mending ditabung. Ia teringat oleh pesan bapaknya”jangankau hambur – hamburkan uang sesuatu yang gak penting mendingan kau pergunakan uang tersebut untuk masa depan karena di depan kamu itu masih banyak yang menunggu”. Itulah yang membuat Dinda selama ini hidup hemat. Kali ini ibunya membekali Dinda dengan nasi lalu dari atasnya dikasih sayur asem itupun lebih dari cukup.
    Namun,ketika Dinda makan bekal tersebut di dalam kelas Toni juga ikut mengeluarkan bekalnya. Dinda terkejut melihat Toni membawa bekal. Karena sebelumnya Toni tidak pernah membawa bekal dari rumah. Malah ia membeli makanan di kantin.
“tumben kamu bawa bekal biasanya makan di kantin”Tanya Dinda sambil menyantap makanannya
“aku gak mau melihat kamu makan sendirian di kelas masa iya aku makan di kantin kamu makan dikelas”jawab Toni sembari membuka bekalnya
“makasih ya”kata Dinda
“sama –sama, oya kita tukeran bekal yuk aku  juga ingin merasakan bekal masakan ibu”ajak Toni sembari menyodorkan bekalnya kepada Dinda
“tapi……………………”kata Dinda belum selesai bicara
“udah sini bekal kamu ni bekal aku jangan lupa di habiskan”kata Toni dengan menarik bekal Dinda
“makasih ya”ucap Dinda tanpa tertinggal dengan senyuman manisnya
“iya sama – sama kamu tu kebanyakan bilang terima kasih deh”kata Toni
    Mereka berdua pun memakan bekal tersebut dengan lahap. Sampai – sampai tak terasa makanan tersebut sudah habis. Tidak lama kemudian bel masuk telah di perbunyikan menandakan di mulainya pelajaran selanjutnya. Guru pun masuk ke dalam kelas dan melanjutkan materi. Hingga beberapa jam kemudian waktunya pulang. Dinda pulang jalan kaki namun ia tak mengeluh karena ia bersyukur Tuhan masih memberikan kedua kakinya sehat tanpa cacat sedikitpun. Mengingat beberapa orang di luar sana yang banyak tidak bisa jalan akibat sebuah kecelakaan ataupun disebabkan hal lain, betapa inginnya mereka bisa berjalan seperti orang normal lainnya. Ketika Dinda berjalan masih sampai di depan gerbang sekolah Toni datang dengan mengendarai sepedanya. Toni mengajak dinda untuk berkunjung ke rumahnya karena ibu Toni kangen dengan Dinda. Akhirnya dengan berbagai cara Dinda mau ikut dengan Toni. Dalam perjalanan mereka berdua penuh canda dan tawa. Toni menganggap Dinda bukan hanya sebagai sahabat melainkan menganggap Dinda sebagai adiknya. Mengingat Toni di rumahnya sebagai anak tunggal.
    Sesampainya dirumah, mereka berdua mengucapkan salam. Betapa bahagianya ibu Toni melihat dinda ia menganggap Dinda seperti anaknya sendiri. Ternyata di rumah ibu Toni sudah menyiapkan makanan untuk Dinda dan Toni ini semua guna menyambut kedatangan dinda dan Toni. Karena sudah beberapa minggu ini Dinda jarang kerumah Toni karena Dinda di sibukkan dengan membantu ibunya di rumah.
    Hari sudah mulai sore Dinda berpamitan dengan ibu Toni dan Toni. Sebenarnya Toni ingin menghantarkan Dinda sampai di rumahnya namun ia malah menolaknya dengan alasaan takut merepotkan Toni, ia memilih untuk jalan kaki karena  rumah Dinda yang tak jauh dengan rumah Toni. Akhirnya Dinda pulang sendiri, di dalam perjalanan dalam hati ia berkata”betapa bersyukurnya aku mempunyai keluarga yang sangat aku cintai sahabat yang selalu ada untukku dan ibu Toni yang sangat menyayangiku seperti menyayangi anaknya sendiri , mungkin aku adalah orang yang beruntung namun aku tak akan lupa dengan rasa syukur ini”. Hingga suatu saat Dinda telah sampai di rumahnya. Ia melihat bapaknya baru pulang dari menarik becak duduk di kursi sambil mengipas – ngipas tubuhnya dengan topinya menandakan betapa capeknya bapaknya itu. Dinda tak tega melihat bapaknya tersebut tanpa berganti pakaian seragam sekolahnya pergi ke dapur di buatlah segelas kopi panas dengan gula yang tak terlalu banyak. Di bawanya kopi tersebut kepada bapaknya dengan hati – hati. Bapaknya yang melihat Dinda tersenyum .
“bapak ini Dinda buatin kopi panas pasti bapak hauskan”kata Dinda sambil menaruh kopi panas tersebut di meja
“makasih ya Dinda tahu aja kalau bapakmu ini haus”
    Setelah menaruh kopi panas Dinda berpamitan untuk berganti baju. Setelah berganti baju, Dinda membantu ibunya yang sedang mencuci pakaian. Akhirnya mencuci pakian telah selesai ibunya menyuruh Dinda untuk belajar ia tak usah membantu ibunya membersihkan rumah karena tugas dari seorang anak adalah belajar, belajar dan belajar. Dinda menuruti apa perkataan ibunya ia langsung masuk ke dalam kamar untuk belajar. Dalam hati Dinda berkata”aku harus tetap belajar sampai kapan pun walaupun sampai ujung dunia ia capai “ itulah kata – kata Dinda untuk menyemangati hidupnya. Ia tak mau terus – terusan di remehkaan orang lain ia akan menunjukkan bahwa ia bisa karna itu suatu pencapaian membutuhkan perjuangan apapun hasilnya diterima dengan lapang dada entah itu sebuah keberhasilan ataupun sebuah ketidakberhasilan.
    Ia teringat pesan bapaknya bahwa “belajar itu tak ada habisnya kalau kita masih di beri kesehatan teruslah belajar “. Dinda menganggap belajar tersebut dengan kewajiban yang harus di jalaninya setiap hari. Ia  tak mau menyianyiakan waktu hanya untuk hal yang tak penting. Cita- cita itu gak hanya di tulis di buku atapun di lembaran kertas tetapi cita – cita tersebut harus diwujudkan baru itu menendakan apa yang telah ia perjuangkan telah membuahkan hasil. Hari sudah mulai malam semua orang yang ada di rumah sudah tidur namun demi cita – cita dinda akan terus belajar.
Pukul 12.00
    Dinda melihat jam dindingnya ternyata sudah pukul 12.00 matanya sudah tak kuat untuk membuka. Perlahan – lahan ia tertidur di kursi dan ditundukkanlah kepalanya di atas meja. Ia tertidur begitu pulas sampai – sampai tak terasa hari sudah pagi. Rasanya masih 2 jam lalu Dinda tidur namun sudah pagi. Dinda bangun lalu dia bersiap – siap untuk berangkat kesekolah. Ia melihat bapaknya masih duduk santai di kursi seperti menunggu seseorang. Ibunya menyiapkan bekal untuk Dinda.kali ini ibunya  tidak membawakan nasi dengan lauk melainkan combro. Karena hari ini sayuran yang ada di rumahnya habis.
“bapak kok belum berangkat, nanti pelanggannya kabur lo?”Tanya Dinda
“bapak mau nganterin kamu ke sekolah” jawab bapaknya dengan penuh keyakinan
    Dinda terlihat begitu senang, mendengar ucapan bapaknya akan menghantarkan Dinda ke sekolah. Walaupun ia dihantarkan dengan becak ia tak merasa malu. Karna ia menganggap tanpa becak keluarganya tidak akan bisa makan walupun hasilnya tak banyak.
    Beberapa jam kemudian sampailah Dinda dan bapaknyadi sekolah. Sebelum masuk ke sekolah tak lupa dinda bersalaman dengan bapaknya mengucapkan salam dan senyuman manis dari bibir mungilnya. Ia berjalan memasuki lorong – lorong sekolah dengan santai. Sesampainya di dalam kelas ia menunggu kedatangan Toni. Tak lama kemudian Toni datang dan ditaruhkannya tas di meja.
“Dinda cita cita kamu mau jadi apa?” Tanya toni
    Dinda terlihat kebingungan atas pertanyaan Toni. Karena sebelumnya Toni tidak pernah bertanya seperti itu.
“aku ingin jadi dokter tapi itu kayaknya gak mungkin kamu tahu sendiri kan aku gak terlalu pandai udah gitu masuk di fakultas kedokteran kan mahal mana mungkin bapak sama ibuku bisa membiayai untuk makan aja susah ya… walaupun bapak sama ibuku sudah pernah bilang apapun  yang aku cita – citakan mereka akan berusaha”jawab Dinda
“kamu pernah bilang kan sama aku bahwa cita – cita itu nggak hanya di tulis dalam buku ataupun di dalam kertas tetapi cita – cita itu harus diwujudkan setiap hari kan sudah belajar artinya kamu sudah berjuang sejak dini bisa jadi suatu ketika waktu yang akan datang kamu dapat sebuah beasiswa” kata Toni
    Dinda berfikir “memang benar apa yang di katakan Toni sekarang kan aku sudah berjuang sejak dini artinya aku sudah mempunyai sedikit bekal , bisa jadi suatu saat nanti  aku akan mendapat beasiswa untuk meringankan beban bapak sama ibu”. Dinda melamun sambil senyum – senyum sendiri. Hingga suatu ketika ia dikagetkan oleh bel sekolah bertanda masuk ke kelas. Tak lama kemudian gurupun masuk memberi pelajaran. Dinda mengikuti pelajaran tersebut dengan penuh semangat.  Sampai – sampai ia tak menyadari bahwa jam pelajaran sudah selesai. Waktunya istirahat, Dinda membuka bekalnya yaitu combro. Ia melihat Toni yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas. Kebetulan ibunya membawakan 2 combro jadi bisa ia bagi dengan Toni.
“Toni kamu mau combro?”kata Dinda sembari memnyodorkan bekalnya yang berisi combro kearah Toni
“makasih ya Din”jawab Toni dengan mengambil satu combro
    Toni memakan cobro tersebut dengan lahap. Dinda yang melihat Toni makan hanya tersenyum. Betapa bahagianya Dinda mempunyai sahabat seperti Toni, ia berharap persahabatan ini tidak akan pernah terpisahkan walaupun waktu yang memisahkan. Setelah selesai makan untuk mengisi waktu istirahat mereka pergunakan dengan canda dan tawa. Beberapa menit kemudian bel masuk telah diperbunyikan bertanda untuk memulai pelajaran kedua. Namun kali ini guru pelajaran tak dapat masuk karena sedang izin tidak berangkat ada sebuah keperluan keluarga. Semua murid yang ada di kelas gaduh mengobrol sama temannya. Namun tidak buat Dinda ia memilih untuk membaca mata pelajaran yang seharusnya di jelaskan hari ini.
    Beberapa jam kemudian bel pulang telah di perbunyikan, Dinda pulang sendiri sesampainya di rumah ia melihat ibunya sedang duduk sendirian di dapur sambil melamun. Dinda yangmelihat ibunya tidak berani mendekati. Takut akan menambah kesedihan ibunya. Di bukalah tutup makanan di meja makan, ia terkejut karena tak ada satu pun lauk ataupun nasi.kali ini dinda benar – benar tahu apa yang membuat ibunya sedih,yaitu saat ini di rumahnya sedang krisis ekonomi. Ia berfikir apa yang harus Dinda lakukan untuk membantu kedua orang tuanya. Setelah lama berfikir akhirnya ia menemukan suatu ide. Dengan cepat Dinda masuk ke kamar ganti baju dan berpamitan sama ibunya.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda sambil mencium tangan kanan ibunya
“iya tapi pulangnya jangan kesorean”pesan ibunya
“iya”
    Dinda berjalan kesebuah toko donat. Ia menemui pemilik toko tersebut dan menawarkan jasanya untuk memperjualkan donat tersebut keliling kampung. Pemilik toko tersebut tidak tega melihat kepolosan Dinda,jadi ia mengizinkan Dinda untuk memperjualkan donat itu. Betapa  bahagianya hati dinda mendengar ucapan sang pemilik toko. Lalu ia pun berjalan menyusuri kampung dari rumah ke rumah menawarkan donat. Hanya beberapa yang membeli donat tersebut. Walaupun panas terik matahari membakar tubuhnya ia tak putus semangat memperjualkan donatnya. Ini semua ia lakukan karena dinda sangat sayang kepada kedua orang tuanya meskipun bapak dan ibunya tidak tahu bahwa ia berjualan donat. Satu persatu donat pun habis terjual ia kembali ketoko donat tersebut dan memberikan uang hasil dagangannya. Dinda mendapatkan bagian uang Rp 10.000,00 walaupun uang yang ia dapatkan tidak banyak tetapi dinda tetap bersyukur karna uang ini ia dapatkan dengan jerih payah. Dinda pun pulang ke rumah dan masuk  ke dalam kamar ia mengambil celengan ayam yang ia taruh di dalam lemari dimasukkannya uang tersebut ke dalam celengan. Setelah itu ia belajar demi menggapai cita-cita di masa depan.
Pagi hari
    Semilir angin menemani semua orang untuk memulai aktivitasnya di pagi hari yang cerah ini. Kebetulan hari ini adalah hari minggu.dinda bersiap – siap untuk berjualan donat kembali. Tak lupa sebelum pergi ia berpamitan sama ibunya kebetulan bapaknya sudah berangkat menarik becak.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda kepadaibunya
“iya memangnya kamu mau kemana Din” Tanya ibunya penasaran karena beberapa hari ini Dinda sering bepergian
“itu Dinda ada janji sama Toni “(maaffin Dinda kali ini Dinda terpaksa bohong)kata Dinda dalam hatI
“owh yaudahhati – hati dijalan”
“ya bu”
Selang beberapa menit Toni datang mencari Dinda. Ibu Dinda bingung ia mengatakan kepada Toni bahwa tadi sebelum Dinda pergi ia pamitan katanya ada janji sama Toni. Tonipun juga bingung perasaan dari kemaren pulang sekolah ia belum bertemu Dinda. Namun Toni tak mengatakannya pada ibu Dinda. Lalu Toni pun berpamitan mencari Dinda. Ketika berjalan ia melihat di sebuah rumah bahwa Dinda sedang melayani seseorang yang sedang membeli donatnya. Toni pun menghampiri Dinda dengan di dalam hatinya penuh tanda Tanya. Lalu Dinda menjelaskan kepada Toni mengapa ia berjualan donat seperti ini. Toni yang mengerti apa alasan Dinda tak kuat menahan sedih dengan senang hati ia membantu dinda berjualan. Awalnya Dinda tak mau dengan tawaran Toni namun pada akhirnya Dinda mau.
Hari demi hari Dinda berjualan donat namun rahasianya tersebut diketahui oleh kedua orang tuanya. Karena atas pemberi tahuan Vega yang selama ini diam – diam mengikuti jejak Dinda lalu mengadukannya kepada Dinda. Ibu dan bapak Dinda tidak marah namun bapaknya hanya menasehati bahwa”seorang anak itutidak perlu membantu orang tuanya ini semua sudah tanggujawab bapak sama ibu mendingan uang itu kamu tabung untuk sekolah nanti”.
Tak terasa sebentar lagi sudah ujian nasional setiap hari ia giat belajar agar mendapatkan nilai yang bagus. Hingga pada akhirnya kini tibalah saatnya bertempur dengan soal – soal UN. Dinda mengerjakan soal tersebut dengan hati – hati dan teliti. Hari demi hari telah di lalui kini UN telah selesai satu bulan lagi pengumuman.
1bulan kemudian
    Kini tiba saatnya pengumuman dan ternyata Dinda lulus dengan nilai yang lumayan bagus. Dinda melihat Toni yang senang campur sedih.di dekatinya Toni dan bertanya.
“kok sedih si Ton”Tanya dinda penasaran
“kita gak bisa satu kampus Din soalnya ayahku menyuruh aku untuk kuliah di luar negri”
“meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu”kata Dinda menyemangati Toni
    Toni pun berangkat keluar negri dan Dinda berangkat ke kota untuk kuliah di fakultas kedokteran.betapa senangnya hati Dinda ia ketrima. Namun Dinda juga sedih andai saja disini ada Toni pasti ia akan semakin bahagia. Benar saja apa yang di katakana Toni, Dinda mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah.
5 tahun kemudian
Dinda sudah lulus dengan kuliahnya di fakultas kedokteran kini  ia benar- benar menjadi seorang dokter di sebuah puskesmas di kampungnya. Akibat dinda menjadi seorang dokter kini ekonominya menjadi lebih baik bapaknya sudah tidak bekerja sebagai tukang becak dan kakaknya sudah menikah dan kini bekerja menjadi guru di luarkota. Yang tak tertinggal hari ini toni pulang dari luar negri dan ia akan bertemu langsung dengan sahabat lamanya,dinda. Di depan rumah Dinda,Toni datang dengan memakai baju kemeja yang dimasukkan. Dinda yang melihat Toni langsung menghampirinya.
“dinda benar apa yang kamu bilang,meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu kamu adalah teman terbaikku selamanya”kata Toni
Kini dinda dan Toni bahagia bersama seorang sahabat. Tak ada lagi kesedihan yang menimpanya hanya sebuah senang yang kini hadir didalam hidup mereka. Apa yang di cita –citaka Dinda sudah terwujudkan perjuangan yang ia lakukan kini membawakan hasil yang melimpah. Dalam hati ia berkata” aku sungguh berterima kasih karena cita- cita yang selama ini aku impikan menjadi kenyataan”.

TAMAT

MOTTO”mulailah dari sekarang apa yang kamu impikan karena ini semua akan akan  membuahkan hasil yang tak pernah di sangka, Jangan pernah pantang menyerah dan selalu berusaha buatlah sebuah kesalahan sebagai motivasi”


Dia memang tidak terlalu pandai dalam pendidikan namun itulah yang membuat ia untuk selalu berusaha dan pantang menyerah. Ejekan dan hinaan ia jadikan pelajaran agar menjadi yang lebih baik. Ia terima dengan lapang dada apapun hasilnya entah itu sebuah keberhasilan ataupun ketidakkeberhasilan. Senyuman manis yang muncul dari bibirnyalah yang membuat ia tak pernah sedih. Dinda itulah semua orang  akrab memanggilnya. Setiap waktu, hari - harinya ia pergunakan untuk belajar,belajar dan belajar. Tak ada kegiatan lain yang ia pergunakan selain belajar. Keluarganya memang sangat mementingkan pendidikan walaupun uang yang tak mencukupi. Berbagai cara orang tuanya mencari uang agar anak – anaknya bisa sekolah, mengingat kedua orang tuanya dulu ingin bersekolah namun karena keterbatasan biaya tak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bermodalkan becak setiap hari menghantarkan orang yang akan bepergian dengan hasil yang tak menentu. Dinda memang anak yang sederhana, ia tak malu mempunyai orang tua yang bekerja sebagai tukang becak. Disisi lain ia malah bangga karena  becaklah yang membuat ia bisa sampai seperti ini.
Pagi ini terasa sangat dingin, kicauan burung yang merdu, kokokan ayam yang begitu indah. Seakan ia ingin cepat – cepat  berangkat ke sekolah dan menerima pelajaran. Fero kakak dinda sudah berangkat bekerja terlebih dahulu  menjadi guru sekolah dasar. Bapaknya juga sudah berangkat bekerja karena takut kehilangan penumpang langganannya. Kini di rumah tinggalah ibu dengan Dinda, berat rasanya Dinda meninggalkan ibunya di rumah sendiri. Namun mau dikata apa ia harus rela demi menimba ilmu di sekolah. Hanya dengan senyuman manis yang keluar dari bibir Dinda lebih dari cukup untuk ucapan selamat tinggal kepada ibunya.
Hari ini di sekolah terasa sangat sepi hanya beberapa orang yang datang. Karena Dinda berangkat ke sekolah masih pukul 06.30 terlalu pagi untuk anak berangkat ke sekolah. Satu persatu seorang siswa/siswi datang ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang memakai kendaraan sendiri dan ada juga yang jalan kaki. Sekarang ini Dinda sudah kelas 3 sma. Ia memandangi pepohonan dari  depan pintu kelasnya. Tiba –tiba seseorang datang  lalu mengejutkan Dinda yang sedang melamun.
“Dinda”teriak orang tersebut sambil menepuk pundak sebelah kanan Dinda
Dinda terkejut namun ia tidak marah  malah ia tersenyum.  Ya, seseorang yang mengagetkan Dinda adalah sahabat terbaiknya. Sebut saja Toni ia yang selama ini menemani Dinda di saat senang maupun sedih. Dinda dan Toni sudah berteman sejak kecil. Meskipun Toni anak orang kaya ia tak malu berteman dengan Dinda. Karena Toni berfikir bahwa semua orang didunia ini sama tak ada kata orang miskin ataupun orang kaya.
“tumben kamu sudah datang kan ini masih jam 07.00”Tanya Dinda
“sesekali datang pagi juga gak apa – apakan”jawab toni dengan menaikkan kedua alisnya
“ya gak apa-apa sih”kata dinda
    Lalu mereka mengobrol `di depan pintu kelas. Tanpa menghiraukan di sekitarnya seakan – akan dunia ini milik mereka berdua. Tertawa itulah yang membuat mereka bahagia. Menghapuskan segala kesedihan yang ada di dalam hati mereka. Tak lama kemudian datanglah Vega anak seorang pengusaha kue. Di sekolah Vega di kenal sebagai seorang murid yang sombong merendahkan orang lain. Maka  dari itulah ia tak mempunyai seorang teman.
“minggir”kata Vega dengan nada sombongnya kepada Dinda
“hei kalo bicara pelan saja ngapa”ketus Toni yang sudah geregetan atas kelakuan Vega terhadap Dinda
“maaf tapi gak bisa”kata Vega dengan nada sok polos
“sudahlah Toni biarkan saja”kata dinda penuh kesabaran
“itu temen kamu aja bilang gak apa-apa”
    Hanya Dindalah yang dapat meredam kemarahan Toni ia tak bisa berkata lain kalau Dinda sudah berkata tidak. Bel telah di bunyikan semua murid masuk kekelas masing- masing termasuk Dinda dan Toni yang kebetulan mereka satu bangku. Entah mengapa pelajaran kali ini membuat Dinda mengantuk padahal sebelumnya ia tak pernah seperti ini. Apakah karena tadi malam ia tidur kemalaman karena belajar atau karena hal lain. Beberapa jam kemudian waktunya istirahat semua murid pergi ke kantin untuk membeli makanan. Namun tidak dengan dinda, ia memilih membawa bekal dari rumah masakan ibunya. Uang saku yang di berikan oleh ayahnya ia tabung meskipun tak banyak yang penting cukup. Jika ia menginkan sesuatu ia selalu berfikir dua kali. Sebab ia berpendapat dari pada uang untuk membeli sesuatu yang gak penting mending ditabung. Ia teringat oleh pesan bapaknya”jangankau hambur – hamburkan uang sesuatu yang gak penting mendingan kau pergunakan uang tersebut untuk masa depan karena di depan kamu itu masih banyak yang menunggu”. Itulah yang membuat Dinda selama ini hidup hemat. Kali ini ibunya membekali Dinda dengan nasi lalu dari atasnya dikasih sayur asem itupun lebih dari cukup.
    Namun,ketika Dinda makan bekal tersebut di dalam kelas Toni juga ikut mengeluarkan bekalnya. Dinda terkejut melihat Toni membawa bekal. Karena sebelumnya Toni tidak pernah membawa bekal dari rumah. Malah ia membeli makanan di kantin.
“tumben kamu bawa bekal biasanya makan di kantin”Tanya Dinda sambil menyantap makanannya
“aku gak mau melihat kamu makan sendirian di kelas masa iya aku makan di kantin kamu makan dikelas”jawab Toni sembari membuka bekalnya
“makasih ya”kata Dinda
“sama –sama, oya kita tukeran bekal yuk aku  juga ingin merasakan bekal masakan ibu”ajak Toni sembari menyodorkan bekalnya kepada Dinda
“tapi……………………”kata Dinda belum selesai bicara
“udah sini bekal kamu ni bekal aku jangan lupa di habiskan”kata Toni dengan menarik bekal Dinda
“makasih ya”ucap Dinda tanpa tertinggal dengan senyuman manisnya
“iya sama – sama kamu tu kebanyakan bilang terima kasih deh”kata Toni
    Mereka berdua pun memakan bekal tersebut dengan lahap. Sampai – sampai tak terasa makanan tersebut sudah habis. Tidak lama kemudian bel masuk telah di perbunyikan menandakan di mulainya pelajaran selanjutnya. Guru pun masuk ke dalam kelas dan melanjutkan materi. Hingga beberapa jam kemudian waktunya pulang. Dinda pulang jalan kaki namun ia tak mengeluh karena ia bersyukur Tuhan masih memberikan kedua kakinya sehat tanpa cacat sedikitpun. Mengingat beberapa orang di luar sana yang banyak tidak bisa jalan akibat sebuah kecelakaan ataupun disebabkan hal lain, betapa inginnya mereka bisa berjalan seperti orang normal lainnya. Ketika Dinda berjalan masih sampai di depan gerbang sekolah Toni datang dengan mengendarai sepedanya. Toni mengajak dinda untuk berkunjung ke rumahnya karena ibu Toni kangen dengan Dinda. Akhirnya dengan berbagai cara Dinda mau ikut dengan Toni. Dalam perjalanan mereka berdua penuh canda dan tawa. Toni menganggap Dinda bukan hanya sebagai sahabat melainkan menganggap Dinda sebagai adiknya. Mengingat Toni di rumahnya sebagai anak tunggal.
    Sesampainya dirumah, mereka berdua mengucapkan salam. Betapa bahagianya ibu Toni melihat dinda ia menganggap Dinda seperti anaknya sendiri. Ternyata di rumah ibu Toni sudah menyiapkan makanan untuk Dinda dan Toni ini semua guna menyambut kedatangan dinda dan Toni. Karena sudah beberapa minggu ini Dinda jarang kerumah Toni karena Dinda di sibukkan dengan membantu ibunya di rumah.
    Hari sudah mulai sore Dinda berpamitan dengan ibu Toni dan Toni. Sebenarnya Toni ingin menghantarkan Dinda sampai di rumahnya namun ia malah menolaknya dengan alasaan takut merepotkan Toni, ia memilih untuk jalan kaki karena  rumah Dinda yang tak jauh dengan rumah Toni. Akhirnya Dinda pulang sendiri, di dalam perjalanan dalam hati ia berkata”betapa bersyukurnya aku mempunyai keluarga yang sangat aku cintai sahabat yang selalu ada untukku dan ibu Toni yang sangat menyayangiku seperti menyayangi anaknya sendiri , mungkin aku adalah orang yang beruntung namun aku tak akan lupa dengan rasa syukur ini”. Hingga suatu saat Dinda telah sampai di rumahnya. Ia melihat bapaknya baru pulang dari menarik becak duduk di kursi sambil mengipas – ngipas tubuhnya dengan topinya menandakan betapa capeknya bapaknya itu. Dinda tak tega melihat bapaknya tersebut tanpa berganti pakaian seragam sekolahnya pergi ke dapur di buatlah segelas kopi panas dengan gula yang tak terlalu banyak. Di bawanya kopi tersebut kepada bapaknya dengan hati – hati. Bapaknya yang melihat Dinda tersenyum .
“bapak ini Dinda buatin kopi panas pasti bapak hauskan”kata Dinda sambil menaruh kopi panas tersebut di meja
“makasih ya Dinda tahu aja kalau bapakmu ini haus”
    Setelah menaruh kopi panas Dinda berpamitan untuk berganti baju. Setelah berganti baju, Dinda membantu ibunya yang sedang mencuci pakaian. Akhirnya mencuci pakian telah selesai ibunya menyuruh Dinda untuk belajar ia tak usah membantu ibunya membersihkan rumah karena tugas dari seorang anak adalah belajar, belajar dan belajar. Dinda menuruti apa perkataan ibunya ia langsung masuk ke dalam kamar untuk belajar. Dalam hati Dinda berkata”aku harus tetap belajar sampai kapan pun walaupun sampai ujung dunia ia capai “ itulah kata – kata Dinda untuk menyemangati hidupnya. Ia tak mau terus – terusan di remehkaan orang lain ia akan menunjukkan bahwa ia bisa karna itu suatu pencapaian membutuhkan perjuangan apapun hasilnya diterima dengan lapang dada entah itu sebuah keberhasilan ataupun sebuah ketidakberhasilan.
    Ia teringat pesan bapaknya bahwa “belajar itu tak ada habisnya kalau kita masih di beri kesehatan teruslah belajar “. Dinda menganggap belajar tersebut dengan kewajiban yang harus di jalaninya setiap hari. Ia  tak mau menyianyiakan waktu hanya untuk hal yang tak penting. Cita- cita itu gak hanya di tulis di buku atapun di lembaran kertas tetapi cita – cita tersebut harus diwujudkan baru itu menendakan apa yang telah ia perjuangkan telah membuahkan hasil. Hari sudah mulai malam semua orang yang ada di rumah sudah tidur namun demi cita – cita dinda akan terus belajar.
Pukul 12.00
    Dinda melihat jam dindingnya ternyata sudah pukul 12.00 matanya sudah tak kuat untuk membuka. Perlahan – lahan ia tertidur di kursi dan ditundukkanlah kepalanya di atas meja. Ia tertidur begitu pulas sampai – sampai tak terasa hari sudah pagi. Rasanya masih 2 jam lalu Dinda tidur namun sudah pagi. Dinda bangun lalu dia bersiap – siap untuk berangkat kesekolah. Ia melihat bapaknya masih duduk santai di kursi seperti menunggu seseorang. Ibunya menyiapkan bekal untuk Dinda.kali ini ibunya  tidak membawakan nasi dengan lauk melainkan combro. Karena hari ini sayuran yang ada di rumahnya habis.
“bapak kok belum berangkat, nanti pelanggannya kabur lo?”Tanya Dinda
“bapak mau nganterin kamu ke sekolah” jawab bapaknya dengan penuh keyakinan
    Dinda terlihat begitu senang, mendengar ucapan bapaknya akan menghantarkan Dinda ke sekolah. Walaupun ia dihantarkan dengan becak ia tak merasa malu. Karna ia menganggap tanpa becak keluarganya tidak akan bisa makan walupun hasilnya tak banyak.
    Beberapa jam kemudian sampailah Dinda dan bapaknyadi sekolah. Sebelum masuk ke sekolah tak lupa dinda bersalaman dengan bapaknya mengucapkan salam dan senyuman manis dari bibir mungilnya. Ia berjalan memasuki lorong – lorong sekolah dengan santai. Sesampainya di dalam kelas ia menunggu kedatangan Toni. Tak lama kemudian Toni datang dan ditaruhkannya tas di meja.
“Dinda cita cita kamu mau jadi apa?” Tanya toni
    Dinda terlihat kebingungan atas pertanyaan Toni. Karena sebelumnya Toni tidak pernah bertanya seperti itu.
“aku ingin jadi dokter tapi itu kayaknya gak mungkin kamu tahu sendiri kan aku gak terlalu pandai udah gitu masuk di fakultas kedokteran kan mahal mana mungkin bapak sama ibuku bisa membiayai untuk makan aja susah ya… walaupun bapak sama ibuku sudah pernah bilang apapun  yang aku cita – citakan mereka akan berusaha”jawab Dinda
“kamu pernah bilang kan sama aku bahwa cita – cita itu nggak hanya di tulis dalam buku ataupun di dalam kertas tetapi cita – cita itu harus diwujudkan setiap hari kan sudah belajar artinya kamu sudah berjuang sejak dini bisa jadi suatu ketika waktu yang akan datang kamu dapat sebuah beasiswa” kata Toni
    Dinda berfikir “memang benar apa yang di katakan Toni sekarang kan aku sudah berjuang sejak dini artinya aku sudah mempunyai sedikit bekal , bisa jadi suatu saat nanti  aku akan mendapat beasiswa untuk meringankan beban bapak sama ibu”. Dinda melamun sambil senyum – senyum sendiri. Hingga suatu ketika ia dikagetkan oleh bel sekolah bertanda masuk ke kelas. Tak lama kemudian gurupun masuk memberi pelajaran. Dinda mengikuti pelajaran tersebut dengan penuh semangat.  Sampai – sampai ia tak menyadari bahwa jam pelajaran sudah selesai. Waktunya istirahat, Dinda membuka bekalnya yaitu combro. Ia melihat Toni yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas. Kebetulan ibunya membawakan 2 combro jadi bisa ia bagi dengan Toni.
“Toni kamu mau combro?”kata Dinda sembari memnyodorkan bekalnya yang berisi combro kearah Toni
“makasih ya Din”jawab Toni dengan mengambil satu combro
    Toni memakan cobro tersebut dengan lahap. Dinda yang melihat Toni makan hanya tersenyum. Betapa bahagianya Dinda mempunyai sahabat seperti Toni, ia berharap persahabatan ini tidak akan pernah terpisahkan walaupun waktu yang memisahkan. Setelah selesai makan untuk mengisi waktu istirahat mereka pergunakan dengan canda dan tawa. Beberapa menit kemudian bel masuk telah diperbunyikan bertanda untuk memulai pelajaran kedua. Namun kali ini guru pelajaran tak dapat masuk karena sedang izin tidak berangkat ada sebuah keperluan keluarga. Semua murid yang ada di kelas gaduh mengobrol sama temannya. Namun tidak buat Dinda ia memilih untuk membaca mata pelajaran yang seharusnya di jelaskan hari ini.
    Beberapa jam kemudian bel pulang telah di perbunyikan, Dinda pulang sendiri sesampainya di rumah ia melihat ibunya sedang duduk sendirian di dapur sambil melamun. Dinda yangmelihat ibunya tidak berani mendekati. Takut akan menambah kesedihan ibunya. Di bukalah tutup makanan di meja makan, ia terkejut karena tak ada satu pun lauk ataupun nasi.kali ini dinda benar – benar tahu apa yang membuat ibunya sedih,yaitu saat ini di rumahnya sedang krisis ekonomi. Ia berfikir apa yang harus Dinda lakukan untuk membantu kedua orang tuanya. Setelah lama berfikir akhirnya ia menemukan suatu ide. Dengan cepat Dinda masuk ke kamar ganti baju dan berpamitan sama ibunya.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda sambil mencium tangan kanan ibunya
“iya tapi pulangnya jangan kesorean”pesan ibunya
“iya”
    Dinda berjalan kesebuah toko donat. Ia menemui pemilik toko tersebut dan menawarkan jasanya untuk memperjualkan donat tersebut keliling kampung. Pemilik toko tersebut tidak tega melihat kepolosan Dinda,jadi ia mengizinkan Dinda untuk memperjualkan donat itu. Betapa  bahagianya hati dinda mendengar ucapan sang pemilik toko. Lalu ia pun berjalan menyusuri kampung dari rumah ke rumah menawarkan donat. Hanya beberapa yang membeli donat tersebut. Walaupun panas terik matahari membakar tubuhnya ia tak putus semangat memperjualkan donatnya. Ini semua ia lakukan karena dinda sangat sayang kepada kedua orang tuanya meskipun bapak dan ibunya tidak tahu bahwa ia berjualan donat. Satu persatu donat pun habis terjual ia kembali ketoko donat tersebut dan memberikan uang hasil dagangannya. Dinda mendapatkan bagian uang Rp 10.000,00 walaupun uang yang ia dapatkan tidak banyak tetapi dinda tetap bersyukur karna uang ini ia dapatkan dengan jerih payah. Dinda pun pulang ke rumah dan masuk  ke dalam kamar ia mengambil celengan ayam yang ia taruh di dalam lemari dimasukkannya uang tersebut ke dalam celengan. Setelah itu ia belajar demi menggapai cita-cita di masa depan.
Pagi hari
    Semilir angin menemani semua orang untuk memulai aktivitasnya di pagi hari yang cerah ini. Kebetulan hari ini adalah hari minggu.dinda bersiap – siap untuk berjualan donat kembali. Tak lupa sebelum pergi ia berpamitan sama ibunya kebetulan bapaknya sudah berangkat menarik becak.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda kepadaibunya
“iya memangnya kamu mau kemana Din” Tanya ibunya penasaran karena beberapa hari ini Dinda sering bepergian
“itu Dinda ada janji sama Toni “(maaffin Dinda kali ini Dinda terpaksa bohong)kata Dinda dalam hatI
“owh yaudahhati – hati dijalan”
“ya bu”
Selang beberapa menit Toni datang mencari Dinda. Ibu Dinda bingung ia mengatakan kepada Toni bahwa tadi sebelum Dinda pergi ia pamitan katanya ada janji sama Toni. Tonipun juga bingung perasaan dari kemaren pulang sekolah ia belum bertemu Dinda. Namun Toni tak mengatakannya pada ibu Dinda. Lalu Toni pun berpamitan mencari Dinda. Ketika berjalan ia melihat di sebuah rumah bahwa Dinda sedang melayani seseorang yang sedang membeli donatnya. Toni pun menghampiri Dinda dengan di dalam hatinya penuh tanda Tanya. Lalu Dinda menjelaskan kepada Toni mengapa ia berjualan donat seperti ini. Toni yang mengerti apa alasan Dinda tak kuat menahan sedih dengan senang hati ia membantu dinda berjualan. Awalnya Dinda tak mau dengan tawaran Toni namun pada akhirnya Dinda mau.
Hari demi hari Dinda berjualan donat namun rahasianya tersebut diketahui oleh kedua orang tuanya. Karena atas pemberi tahuan Vega yang selama ini diam – diam mengikuti jejak Dinda lalu mengadukannya kepada Dinda. Ibu dan bapak Dinda tidak marah namun bapaknya hanya menasehati bahwa”seorang anak itutidak perlu membantu orang tuanya ini semua sudah tanggujawab bapak sama ibu mendingan uang itu kamu tabung untuk sekolah nanti”.
Tak terasa sebentar lagi sudah ujian nasional setiap hari ia giat belajar agar mendapatkan nilai yang bagus. Hingga pada akhirnya kini tibalah saatnya bertempur dengan soal – soal UN. Dinda mengerjakan soal tersebut dengan hati – hati dan teliti. Hari demi hari telah di lalui kini UN telah selesai satu bulan lagi pengumuman.
1bulan kemudian
    Kini tiba saatnya pengumuman dan ternyata Dinda lulus dengan nilai yang lumayan bagus. Dinda melihat Toni yang senang campur sedih.di dekatinya Toni dan bertanya.
“kok sedih si Ton”Tanya dinda penasaran
“kita gak bisa satu kampus Din soalnya ayahku menyuruh aku untuk kuliah di luar negri”
“meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu”kata Dinda menyemangati Toni
    Toni pun berangkat keluar negri dan Dinda berangkat ke kota untuk kuliah di fakultas kedokteran.betapa senangnya hati Dinda ia ketrima. Namun Dinda juga sedih andai saja disini ada Toni pasti ia akan semakin bahagia. Benar saja apa yang di katakana Toni, Dinda mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah.
5 tahun kemudian
Dinda sudah lulus dengan kuliahnya di fakultas kedokteran kini  ia benar- benar menjadi seorang dokter di sebuah puskesmas di kampungnya. Akibat dinda menjadi seorang dokter kini ekonominya menjadi lebih baik bapaknya sudah tidak bekerja sebagai tukang becak dan kakaknya sudah menikah dan kini bekerja menjadi guru di luarkota. Yang tak tertinggal hari ini toni pulang dari luar negri dan ia akan bertemu langsung dengan sahabat lamanya,dinda. Di depan rumah Dinda,Toni datang dengan memakai baju kemeja yang dimasukkan. Dinda yang melihat Toni langsung menghampirinya.
“dinda benar apa yang kamu bilang,meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu kamu adalah teman terbaikku selamanya”kata Toni
Kini dinda dan Toni bahagia bersama seorang sahabat. Tak ada lagi kesedihan yang menimpanya hanya sebuah senang yang kini hadir didalam hidup mereka. Apa yang di cita –citaka Dinda sudah terwujudkan perjuangan yang ia lakukan kini membawakan hasil yang melimpah. Dalam hati ia berkata” aku sungguh berterima kasih karena cita- cita yang selama ini aku impikan menjadi kenyataan”.

TAMAT

MOTTO”mulailah dari sekarang apa yang kamu impikan karena ini semua akan akan  membuahkan hasil yang tak pernah di sangka, Jangan pernah pantang menyerah dan selalu berusaha buatlah sebuah kesalahan sebagai motivasi”

EMAIL       : hestiyuniwati@gmail.com   
http://www.catatanfiksi.com/2016/03/cerpen-motivasi-akan-ku-gapai-setinggi.html

Baper ?

ketika kita menonton drama korea seringkali kita "BAPER" akan kisahnya yang tak semanis kisah kita
.
ketika mendengarkan musik terkadang kita juga akan baper
.
saat membaca cerita cinta seseorang kita akan merasa baper
.
saat menonton sebuah sinetron kita juga akan baper
.
lihat idola kita sedih kita juga baper
.
seakan-akan baper hanya untuk dunia saja
.
pernahkah kita baper saat membaca surat cinta nya ? pernahkah kita baper saat mendengarkan lantunan ayat-ayat Nya ?
.
Astaghfirullah
wahai hati
baper itu tidak salah
namun tempatkanlah baper di tempat yang benar
.
apa guna dari bapermu terhadap drama korea ?
Apakah dengan baper kau akan merasakan manis nya hidup dalam cerita nya ? Tidak !
.
baperlah saat membaca surat cinta_Nya
baperlah saat mendengarkan lantunan ayat-ayat _Nya
baperlah karena begitu banyak nya denngan dosa kita, baperlah karena diri kita masih sangat terlihat sangat buruk, jangan baper hal-hal kecil apa lagi hal yang tidak membawa keuntungan dalam kehidupan kita
.
baper ? Why not ?
selama bapernya itu untuk urusan akhirat kenapa tidak ?
daripada bapernya untuk dunia yang fana sejatinya tidak memberi keuntungan ?

@duniajilbab
@ukhuwah.islamiyah_

kucing kesayangan

Assalamualaikum apa kabar ? kenalin ini binatang kesukaan apri gantengkan ? lucukan ? binatang yang satu ini manja banget sama apri hehe, apa lagi tingkah laku nya yang menggemaskan apri suka kucing dari umur apri sekitar 5 tahun di kenalin sama umy he, umy juga suka kucing jadi nya kesukaan kami sama, dan awal nya Endut ini (nama kucing saya ) tidak di sukai sama orang rumah bahkan saya sendiri dan umy bahkan hampir tidak mau dia ada di rumah, waktu itu dia masih kecil banget apri gak suka karena apri udah punya kucing perempuan, dulu apri kira endut itu perempuan tanpa melihat jenis kelamin nya dulu wkwk :v apri sempat pilih kasih karena terlalu sayang dengan kucing apri yang dulu kucing apri yang dulu itu saudara nya endut nama nya encess lama kelamaan apri sadar kalau endut itu adalah laki-laki, apri pun mulai menyukai nya walau kadang-kadang enggan mempersilahkan nya ada di rumah,
  apri sadar ketika encess dan endut ini dekat, seperti orang pacaran atau apalah itu wkwk sampai akhir nya di mana endutt dan encess semakin dekat, sampai ketika apri pergi sama kaka apri nginap di tempat kaka yang pertama apri, encess tidak ingat apri masukkan kedalam rumah biasa nya apri selalu ingat, tapi entah kenapa saat itu apri ceroboh !
  saat pagi nya apri pulang encess tidak ada di rumah apri sedikit cemas padahal saat itu apri kangen dengan kucing yang satu itu hanya ada kucing endutt aja di teras rumah apri sampai sekarang apri tidak menemukan kucing apri yang bernama encess, tetangga apri bilang bahwa kucing apri sudah di lahap habis oleh biawak (binatang reptil) yang satu itu apri sampai nangis kehilangan encess tapi tetap sabar karena itu ujian menurut apri merelakan sesuatu yang menurut apri baik tapi itu belum tentu baik bagi Allah, tapi apri yakin karena Allah mempunyai rahasia besar di balik semua nya, dan semua itu benar Allah datangkan endutt sebagai ganti yang terbaik dengan kedatangan nya membuat apri semakin menyukai binatang yang berasal dari air mata Rasulullah ini hee dan semakin menghargai lagi walau itu hanya binatang tetapi itu juga makhluk hidup ciptaan Allah bukan :))
makasih udah dengarin cerita apri Wassalamualaikum wr.wb

Perkenalan

Senin, 10 Oktober 2016

Assalamualaikum wr.wb :))
 perkenalkan nama saya Apriana kartini manggil nya terserah aja yah ? mau manggil apri kah, ana kah, pia kah, ( Panggilan di rumah ) asal jangan manggil sayang aja :v wkwkwk Nama udah kan ? sekarang sekolah saya sekolah di salah satu
 
 sekolah terfavorit di kuala kapuas, kaimantan tengah yaitu di Man selat tengah kuala kapuas sekolah yang satu-satu nya di kuala kapuas yang memiliki sekolah aliyah negri he :))

sekarang saya duduk di bangku kelas XI ips 1 tau kan anak kelas Ips gimana ? manis ? cantik / ganteng ?  (sudah pasti) pintar ? InsyaAllah semua nya pintar dan insyaAllah semua nya Berakhlakkulkarimah apa lagi yang di MAN selat tengah ini he :)) 
hobby saya : menyanyi walau kadang nada nya sumbang :v baca buku, dengar lagu, traveling, fhotoghrap, dan masih banyak lagi he :))
binatang kesukaan : kucing 
Tanggal lahir : 21 April 2000
Apri anak ke 3 dari ketiga bersaudara he, saudara apri cewe semua udah dulu yah ?
 Apri kira perkenalan nya sampai di sini dulu yah :)) Wassalamualaikum wr.wb